Peran perempuan dalam manajemen penanggulangan bencana dilaksanakan pada tahap pra bencana, tanggap darurat, maupun pasca bencana. Tahap pra bencana, perempuan dapat berperan dalam pengurangan risiko bencana, berupa penulisan jurnal nasional maupun internasional terkait dengan kebencanaan. Peran perempuan dalam masa tanggap darurat terutama dalam assessment dan manajemen logistik. Peran perempuan dalam tahap pasca bencana meliputi akses pendidikan dan keterampilan, hingga dalam tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Septi, Mahasiswa Manajemen Penanggulangan Bencana Politeknik Akbara Surakarta ikut berpartisipasi dalam penilaian dan pengkajian dampak bencana (Assesment). Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang berguna untuk melakukan tindakan intervensi terhadap bencana longsor di desa Sikenong, Bantar, Kec. Wanayasa, Kab. Banjarnegara.

Daerah yang terdampak diantarannya Sikenong (Bantar), Ngalian, Silomanil dan Krobokan (Suwidak), korban yang mengungsi dan terdampak berjumlah sekitar 29 KK, Mahasiswa D4 Manajemen Penanggulangan Bencana melakukan aktivitas assessment dan manajemen logistic di posko.

Tujuan assessment dilakukan untuk mencari informasi dasar, mengidentifikasi kelompok rentan, mengidentifikasi situasi dan mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan. Aktivitas dilakukan dengan terjun langsung ke rumah warga yang terdampak. Identifikasi dilakukan dengan pengumpulan data rumah rusak dan terdampak, kebutuhan harian pengungsi terutama kelompok rentan, ibu hamil, dan balita. Selain itu, dilakukan kegiatan dengan mengadakan PSP untuk anak-anak SD dan MI yang tidak dapat datang ke sekolahan dikarenakan akses jalan yang terputus, sehingga  anak-anak harus sekolah di 2 TPQ.

Distribusi logistic berupa pangan dan sandang dilakukan 7 hari 1 kali, distribusi bantuan untuk Ibu Hamil dilakukan selama 3 hari 1 kali. Pemantauan pergerakan tanah dilakukan menggunakan system peringatan dini (Early Warning System) yaitu ELWASI yang dipasang oleh BPBD & PMI Banjarnegara.