Ahli vulkanologi Dr. Surono menegaskan bahwa gugurnya awan panas Semeru bukan berasal dari erupsi atau letusan, seperti layaknya kejadian erupsi Gunung Merapi maupun erupsi Gunung Kelud, mengutip dari Antara, Minggu (5/12/2021). Awan panas guguran (APG) tersebut berawal dari keluarnya lava, gas dan abu terus-menerus yang menumpuk dan volumenya makin besar sehingga membentuk kubah lava. Kubah lava yang semakin besar menjadi labil tersebut mengakibatkan isi dari kubah semakin keluar dari kawahnya. Isi dari kubah lava tersebut tentu tidak hanya batuan, namun ada juga berupa cairan sehingga saat kubah longsor dan pecah, ditambah pengaruh curah hujan, terjadi guguran atau longsoran yang terbentuk APG atau menjadi erupsi sekunder.
Data dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, getaran guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Data yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.
Saat ini, sebanyak 12 mahasiswa dengan didampingi 2 Dosen dari Prodi Manajemen Penanggulangan Bencana, Politeknik Akbara Surakarta turut memberikan dukungan dalam upaya mitigasi bencana dalam bidang kaji cepat dengan mengumpulkan data pengungsi yang masuk ke posko dan manajemen logistik baik dari proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengangkutan dan penerimaan barang kebutuhan pada bencana erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.